Home » » Kiat-kiat Mengatisipasi Perubahan Iklim Untuk Menekan Serangan Hama Gudang Dalam Pasca Panen Padi

Kiat-kiat Mengatisipasi Perubahan Iklim Untuk Menekan Serangan Hama Gudang Dalam Pasca Panen Padi

Written By Muhammad Yusuf on Thursday, June 23, 2011 | 5:26 PM

Bahan pangan seperti beras diperlukan sepanjang masa sebagai kebutuhan pokok manusia sebelum sandang dan papan. Seiring dengan itu, tuntutan bahan pangan semakin hari semakin meningkat, baik jumlah maupun mutunya. Namun, produktivitas tanaman pangan waktunya sangat terbatas baik oleh musim atau keadaan alam sehingga mengakibatkan produksinya hanya bisa diperoleh pada waktu tertentu saja. Oleh karena itulah, berbagai tindakan dilakukan mulai dari pengolahan hasil hingga pada penyimpanan produk pangan agar ketika dibutuhkan produk tersebut dapat tersedia.
Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Aktivitas Hama Gudang
1. Temperatur/Suhu
Serangga hama gudang memerlukan keadaan suhu udara minimum dan maksimum untuk kelangsungan hidupnya. Suhu minimum yakni 5oC sedangkan suhu maksimumnya yakni 45oC. Pada umumnya suhu optimum untuk perkembangan hama gudang yakni 25-30oC
2. Kelembaban
Kelembaban juga sangat mempengaruhi perkembangan serangga gudang. Menurut Yos Sutyoso (1964) dalam Kartasapoetra (1991), pada kelembaban udara relatif 50% siklus hidup serangga tersebut 59 hari, sedangkan pada kelembaban udara 80% siklus hidup serangga tersebut hanya 37 hari. Hal ini menunjukkan bahwa kelembaban udara yang tinggi akan memperpendek siklus hidup hama yang berarti semakin banyak serangga yang muncul.
3. Cahaya
Warna cahaya yang berbeda akan memancarkan perbedaan panjang gelombang. Semakin panjang gelombang yang dipancarkan maka akan semakin besar pula energi yang dihasilkannya. Molekul energi yang dipancarkan juga akan semakin rapat.
4. Aerasi
Aerasi atau sirkulasi udara dalam penyimpanan akan sangat mempengaruhi kehidupan serangga gudang. Pada umumnya pada kondisi oksigen yang rendah maka akan terjadi kematian pada serangga gudang Serangga Hama Gudang dan Kerusakannya Kumbang Bubuk Gabah (Sitophilus oryzae) (Coleoptera: Curculionidae), Akibat yang ditimbulkan menyebabkan beras mengalami susut berat mencapai 23%., Kumbang Penggerek Gabah (Rhyzopertha dominica) (Coleoptera: Bostrichidae), Penurunan hasil yang ditimbulkan kumbang ini yakni mencapai 7%, Ngengat Beras (Corcyra cephalonica) (Lepidopetra: Pyralidae), Larva ini merusak material simpanan dengan cara menggandeng butiran materail dengan air liurnya, Ngengat Gabah (Sitotroga cereallela) (Lepidoptera: Gelechiidae)
Perbaikan Teknologi Pasca Panen
1. Pengurangan Kadar Air Bahan Simpanan
Kadar air adalah kandungan air yang terdapat di dalam butiran gabah, yang dapat dinyatakan dengan persen. Tingginya kadar air bahan akan memacu meningkatnya intensitas serangan serangga gudang. Selama ini, petani sendiri telah tahu mengenai kadar air gaban, namun kendala yang dihadapi adalah masih kurangnya peralatan yang dimiliki petani untuk bisa mengukur kadar air bahan. Di Sumatera Selatan, pengukuran kadar air gabah dilakukan petani dengan cara menggigit gabah tersebut, jika gabah digigit retak-retak, gabah tersebut dianggap utuh kalau digiling. Cara ini memang mudah dilakukan tapi tingkat keakuratan yang diragukan. Alat ukur kadar air yang sekarang terdapat di pasaran adalah alat ukur kadar air model digital. Alat ini lebih praktis dan mudah pemakaiannya.Harga alat ini masih tergolong mahal. IRRI telah mengembangkan alat pengukur kadar air gabah yang praktis dan dengan harga yang terjangkau.
2. Penjemuran Bahan
Penjemuran merupakan cara praktis untuk mengurangi kadar air gabah dalam jumlah besar di tingkat petani, penjemuran ini harus dilakukan pembalikan secara berkala. Proses pengeringan di pedesaan umumnya masih dilakukan dengan cara tradisional yaitu penjemuran di bawah panas matahari. Untuk mengatasi tingginya serangan serangga gudang, penjemuran juga dapat mengurangi kerusakan gabah akibat tingginya kadar air gabah.
3. Penggunaan Mesin Pengering (Box Dryer)
Alat ini dapat mengantisipasi adanya gangguan cuaca seperti ketika musim penghujan, maka tindakan pengurangan kadar air bahan secara tradisional dapat diperbaiki dengan memanfaatkan mesin pengering (box dryer). Pengeringan gabah dalam jumlah kecil dapat dilakukan dengan menggunakan oven. Berbagai jenis alat pengering telah dihasilkan dan dengan kapasitas yang beragam, salah satunya adalah alat pengering gabah berbahan bakar sekam (BBS). Hasil penelitian BPTP Sumsel, 2009,. Keuntungan menggunakan alat pengerting kapasitas 3 ton ini antara lain ; 1) waktu pengeringan berkisar 8-12 jam atau rata-rata 10 jam, lebih cepat dibandingkan dengan penjemuran yang lamanya 1-2 hari, 2) rendemen pengeringan rata-rata meningkat 2,5%, 3) rendemen beras giling rata-rata meningkat 2,5%, 4) persentase beras kepala rata-rata meningkat 17%, 5) biaya pengeringan rata-rata sebesar Rp 25/kg GKP berarti lebih rendah dibandingkan dengan biaya penjemuran (Rp 50/kg GKP)
4. Pengaturan Tempat Penyimpanan
Tempat penyimpanan juga sangat mempengaruhi kesukaan serangga gudang terhadap gabah yang disimpan. kondisi dengan kelembaban tinggi dan temperatur yang tidak sesuai akan memacu perkembangbiakan serangga. Walaupun kadar air gabah sudah memenuhi standar setelah dikeringkan, jika tempat penyimpanan tidak sesuai justru akan meningkatkan kembali kadar air gabah. Tempat penyimpanan ini meliputi ruang penyimpanan maupun material yang digunakan untuk menyimpan bahan.
5. Penggunaan Pestisida Nabati
Penggunaan pestisida nabati masih jarang diterapkan di tingkat masyarakat, karena terbatasnya pengetahuan serta anggapan bahwa daya bunuh pestisida nabati masih rendah dan relatif lambat. Padahal pemanfaatan pestisida nabati ini sangat diperlukan terlebih lagi jika produk simpanan tersebut akan dikonsumsi.
6. Pemanfaatan Sistem Kedap (Hermetic Storage)
Penyimpanan kedap udara mencakup penempatan gabah/beras/benih ke dalam kontainer (wadah) yang menghentikan pergerakan udara (oksigen) dan air antara atmosfir luar dan gabah/benih yang disimpan. Teknologi ini sudah mulai diterapkan di beberapa negara di Asia Tenggara. Sistem ini dapat menggunakan kontainer plastik khusus atau kontainer yang lebih kecil. Ukuran penyimpan dapat berkisar antara 25 liter sampai 300 ton. Sistem ini dapat digunakan untuk gabah, beras, dan serealia lainnya seperti jagung. . Penyimpanan kedap udara memperbaiki kualitas gabah dan viabilitas benih karena cara ini menjaga stabilitas kandungan air dan mengurangi kerusakan karena hama tanpa penggunaan pestisida. IRRI telah mengembangkan plastik Super Bags-IRRI yang menerapkan sistem kedap udara (hermetis). Menurut Rickmann dan Gummert, penggunaan IRRI Super Bags mampu menekan perkembangan serangga. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah serangga yang hidup setelah 12 bulan penyimpanan yakni 1,2 ekor/kg material, jauh lebih rendah dibandingkan dengan penyimpanan terbuka yakni 27,2 ekor serangga/kg material.
7. Fumigasi
Fumigasi merupakan tindakan pengendalian hama gudang dengan menggunakan senyawa kimiawi berupa fumigan. Pihak Karantina Pertanian sendiri melalkukan upaya fumigasi untuk menekan serangga hama gudang yang tergolong OPT maupun OPTK. Beberapa jenis senyawa fumigan yang sering digunakan di antaranya metilbormide, carbon disulphide, hydricianic acid, phospine, ethylene oxide, ethylene dibromide. Menurut Imdad dan Nawangsih (1999), serangga seperti kumbang bubuk beras, ngengat beras, ngengat gabah, kumbang penggerek gabah dapat ditanggulangi dengan menggunakan fumigan carbon disulphide (CS-2) dan phostoxin tablet. Dosis penggunaan yakni 30 cc CS2/m3 bahan selama 24-48 jam dalam ruang yang tertutup. Dosis penggunaan phostoxin yakni 1 tablet/ kuintal bahan.
(Tumarlan Thamrin)
Share this article :

Post a Comment