BUDIDAYA TANAMAN SINGKONG/
KETELA POHON
( Manihot utilissima Pohl )
KETELA POHON
( Manihot utilissima Pohl )
I. SYARAT PERTUMBUHAN
1.1. Iklim
a) Curah hujan yang sesuai untuk
tanaman ketela pohon antara 1.500-2.500 mm/tahun.
b) Suhu udara minimal bagi tumbuhnya ketela kohon sekitar 10 derajat C. Bila suhunya di bawah 10 derajat C menyebabkan pertumbuhan tanaman sedikit terhambat, menjadi kerdil karena pertumbuhan bunga yang kurang sempurna.
c) Kelembaban udara optimal untuk tanaman ketela pohon antara 60-65%.
d) Sinar matahari yang dibutuhkan bagi tanaman ketela pohon sekitar 10 jam/hari terutama untuk kesuburan daun dan perkembangan umbinya.
b) Suhu udara minimal bagi tumbuhnya ketela kohon sekitar 10 derajat C. Bila suhunya di bawah 10 derajat C menyebabkan pertumbuhan tanaman sedikit terhambat, menjadi kerdil karena pertumbuhan bunga yang kurang sempurna.
c) Kelembaban udara optimal untuk tanaman ketela pohon antara 60-65%.
d) Sinar matahari yang dibutuhkan bagi tanaman ketela pohon sekitar 10 jam/hari terutama untuk kesuburan daun dan perkembangan umbinya.
1.2. Media Tanam
a) Tanah yang paling sesuai untuk ketela
pohon adalah tanah yang berstruktur remah, gembur, tidak terlalu liat dan tidak
terlalu poros serta kaya bahan organik. Tanah dengan struktur remah mempunyai
tata udara yang baik, unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah. Untuk
pertumbuhan tanaman ketela pohon yang lebih baik, tanah harus subur dan kaya
bahan organik baik unsur makro maupun mikronya.
b) Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman ketela pohon adalah jenis aluvial latosol, podsolik merah kuning, mediteran, grumosol dan andosol.
c) Derajat keasaman (pH) tanah yang sesuai untuk budidaya ketela pohon berkisar antara 4,5-8,0 dengan pH ideal 5,8. Pada umumnya tanah di Indonesia ber-pH rendah (asam), yaitu berkisar 4,0-5,5, sehingga seringkali dikatakan cukup netral bagi suburnya tanaman ketela pohon.
b) Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman ketela pohon adalah jenis aluvial latosol, podsolik merah kuning, mediteran, grumosol dan andosol.
c) Derajat keasaman (pH) tanah yang sesuai untuk budidaya ketela pohon berkisar antara 4,5-8,0 dengan pH ideal 5,8. Pada umumnya tanah di Indonesia ber-pH rendah (asam), yaitu berkisar 4,0-5,5, sehingga seringkali dikatakan cukup netral bagi suburnya tanaman ketela pohon.
1.3. Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat yang baik dan ideal untuk
tanaman ketela pohon antara 10–700 m dpl, sedangkan toleransinya antara
10–1.500 m dpl. Jenis ketela pohon tertentu dapat ditanam pada ketinggian
tempat tertentu untuk dapat tumbuh optimal.
II. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
2.1. Pembibitan
2.1.1. Persyaratan Bibit
Bibit yang baik untuk bertanam ketela pohon harus
memenuhi syarat sebagai berikut:
a) Ketela pohon berasal dari tanaman induk yang cukup tua (10-12 bulan).
b) Ketela pohon harus dengan pertumbuhannya yang normal dan sehat serta seragam.
c) Batangnya telah berkayu dan berdiameter + 2,5 cm lurus.
d) Belum tumbuh tunas-tunas baru.
a) Ketela pohon berasal dari tanaman induk yang cukup tua (10-12 bulan).
b) Ketela pohon harus dengan pertumbuhannya yang normal dan sehat serta seragam.
c) Batangnya telah berkayu dan berdiameter + 2,5 cm lurus.
d) Belum tumbuh tunas-tunas baru.
2.1.2. Penyiapan Bibit
Penyiapan bibit ketela pohon meliputi hal-hal
sebagai berikut:
a) Bibit berupa stek batang.
b) Sebagai stek pilih batang bagian bawah sampai tengah.
c) Setelah stek terpilih kemudian diikat, masing-masing ikatan berjumlah antara 25–30 batang stek.
d) Semua ikatan stek yang dibutuhkan, kemudian diangkut ke lokasi penanaman.
a) Bibit berupa stek batang.
b) Sebagai stek pilih batang bagian bawah sampai tengah.
c) Setelah stek terpilih kemudian diikat, masing-masing ikatan berjumlah antara 25–30 batang stek.
d) Semua ikatan stek yang dibutuhkan, kemudian diangkut ke lokasi penanaman.
2.2. Pengolahan Media Tanam
2.2.1. Persiapan
Kegiatan yang perlu dilakukan sebelum pengolahan
lahan adalah:
a) Pengukuran pH tanah dilakukan dengan menggunakan kertas lakmus, pH meter dan cairan pH tester.
b) Penganalisaan jenis tanah pada contoh atau sempel tanah yang akan ditanami untuk mengetahui ketersediaan unsur hara, kandungan bahan organik.
c) Penetapan jadwal/waktu tanam berkaitan erat dengan saat panen. Hal ini perlu diperhitungkan dengan asumsi waktu tanam bersamaan dengan tanaman lainnya (tumpang sari), sehingga sekaligus dapat memproduksi beberapa variasi tanamanyang sejenis.
d) Luas areal penanaman disesuaikan dengan modal dan kebutuhan setiap petani ketela pohon. Pengaturan volume produksi penting juga diperhitungkan karena berkaitan erat dengan perkiraan harga pada saat panendan pasar. Apabila pada saat panen nantinya harga akan anjlok karena di daerah sentra penanaman terjadi panen raya maka volume produksi diatur seminimal mungkin.
a) Pengukuran pH tanah dilakukan dengan menggunakan kertas lakmus, pH meter dan cairan pH tester.
b) Penganalisaan jenis tanah pada contoh atau sempel tanah yang akan ditanami untuk mengetahui ketersediaan unsur hara, kandungan bahan organik.
c) Penetapan jadwal/waktu tanam berkaitan erat dengan saat panen. Hal ini perlu diperhitungkan dengan asumsi waktu tanam bersamaan dengan tanaman lainnya (tumpang sari), sehingga sekaligus dapat memproduksi beberapa variasi tanamanyang sejenis.
d) Luas areal penanaman disesuaikan dengan modal dan kebutuhan setiap petani ketela pohon. Pengaturan volume produksi penting juga diperhitungkan karena berkaitan erat dengan perkiraan harga pada saat panendan pasar. Apabila pada saat panen nantinya harga akan anjlok karena di daerah sentra penanaman terjadi panen raya maka volume produksi diatur seminimal mungkin.
2.2.2. Pembukaan dan Pembersihan Lahan
Pembukaan lahan pada intinya merupakan
pembersihan lahan dari segala macam gulma (tumbuhan pengganggu) dan akar-akar
pertanaman sebelumnya. Tujuan pembersihan lahan untuk memudahkan perakaran
tanaman berkembang dan menghilangkan tumbuhan inang bagi hama dan penyakit yang
mungkin ada. Pembajakan dilakukan dengan hewan ternak, seperti kerbau, sapi,
atau pun dengan mesin traktor.
Pencangkulan dilakukan pada sisi-sisi yang sulit
dijangkau, pada tanah tegalan yang arealnya relatif lebih sempit oleh alat
bajak dan alat garu sampai tanah siap untuk ditanami.
2.2.3. Pembentukan Bedengan
Bedengan dibuat pada saat lahan sudah 70% dari
tahap penyelesaian. Bedengan atau pelarikan dilakukan untuk memudahkan
penanaman, sesuai dengan ukuranyang dikehendaki. Pembentukan bedengan/larikan
ditujukan untuk memudahkan dalam pemeliharaan tanaman, seperti pembersihan
tanaman liar maupun sehatnya pertumbuhan tanaman.
2.2.4. Pengapuran
Untuk menaikkan pH tanah, terutama pada lahan
yang bersifat sangat masam/tanah gembut, perlu dilakukan pengapuran. Jenis
kapur yang digunakan adalah kapur kalsit/kaptan (CaCO3). Dosis yang biasa
digunakan untuk pengapuran adalah 1-2,5 ton/ha. Pengapuran diberikan pada waktu
pembajakan atau pada saat pembentukan bedengan kasar bersamaan dengan pemberian
pupuk kandang.
2.3. Teknik Penanaman
2.3.1. Penentuan Pola Tanam
Pola tanaman harus memperhatikan musim dan curah
hujan. Pada lahan tegalan/kering, waktu tanam yang paling baik adalah awal
musim hujan atau setelah penanaman padi. Jarak tanam yang umum digunakan pada
pola monokultur ada beberapa alternatif, yaitu 100 X 100 cm, 100 X 60 cm atau
100 X 40 cm. Bila pola tanam dengan sistem tumpang sari bisa dengan jarak tanam
150 X 100 cm atau 300 X 150 cm.
2.3.2. Cara Penanaman
Cara penanaman dilakukan dengan meruncingkan
ujung bawah stek ketela pohon kemudian tanamkan sedalam 5-10 cm atau kurang
lebih sepertiga bagian stek tertimbun tanah. Bila tanahnya keras/berat dan
berair/lembab, stek ditanam dangkal saja.
2.4. Pemeliharaan Tanaman
2.4.1. Penyulaman
Untuk bibit yang mati/abnormal segera dilakukan
penyulaman, yakni dengan cara mencabut dan diganti dengan bibit yang
baru/cadangan. Bibit atau tanaman muda yang mati harus diganti atau disulam.
Pada umumnya petani maupun pengusaha mengganti tanaman yang mati dengan sisa
bibit yang ada. Bibit sulaman yang baik seharusnya juga merupakan tanaman yang
sehat dan tepat waktu untuk ditanam. Penyulaman dilakukan pada pagi hari atau
sore hari, saat cuaca tidak terlalu panas. Waktu penyulaman adalah minggu
pertamadan minggu kedua setelah penanaman. Saat penyulaman yang melewati minggu
ketiga setelah penanaman mengakibatkan perbedaan pertumbuhan yang menyolok
antara tanaman pertama dan tanaman sulaman.
2.4.2. Penyiangan
Penyiangan bertujuan untuk membuang semua jenis rumput/
tanaman liar/pengganggu (gulma) yang hidup di sekitar tanaman. Dalam satu musim
penanaman minimal dilakukan 2 (dua) kali penyiangan.
2.4.3. Pembubunan
Cara pembubunan dilakukan dengan menggemburkan
tanah di sekitar tanaman dan setelah itu dibuat seperti guludan. Waktu
pembubunan dapat bersamaan dengan waktu penyiangan, hal ini dapat menghemat
biaya. Apabilatanah sekitar tanaman Ketela pohon terkikis karena hujan atau
terkena air siraman sehingga perlu dilakukan pembubunan/di tutup dengantanah
agar akar tidak kelihatan.
2.4.4. Perempelan/Pemangkasa
Pada tanaman Ketela pohon perlu dilakukan
pemangkasan/pembuangan tunas karena minimal setiap pohon harus mempunyai cabang
2 atau 3 cabang. Hal ini agar batang pohon tersebut bisa digunakan sebagai
bibit lagi di musim tanam mendatang.
2.4.5. Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan sistem pemupukan
berimbang antara N, P, K dengan dosis Urea=133–200 kg; TSP=60–100 kg dan
KCl=120–200 kg. Pupuk tersebut diberikan pada saat tanam dengan dosis N:P:K=
1/3 : 1 : 1/3 (pemupukan dasar) dan pada saat tanaman berumur 2-3 bulan yaitu
sisanya dengan dosis N:P:K= 2/3 : 0 : 2/3.
2.4.6. Pengairan dan Penyiraman
Kondisi lahan Ketela pohon dari awal tanam sampai
umur + 4–5 bulan hendaknya selalu dalam keadaan lembab, tidak terlalu becek.
Padatanah yang kering perlu dilakukan penyiraman dan pengairan dari sumber air
yang terdekat. Pengairan dilakukan pada saat musim kering dengan cara menyiram
langsung akan tetapi cara ini dapat merusak tanah. Sistem yang baik digunakan
adalah sistem genangan sehingga air dapat sampai ke daerah perakaran secara
resapan. Pengairan dengan sistem genangan dapat dilakukan dua minggu sekalidan
untuk seterusnya diberikan berdasarkan kebutuhan.
2.4.7. Waktu Penyemprotan Pestisida
Jenis dan dosis pestisida disesuaikan dengan
jenis penyakitnya. Penyemprotan pestisida paling baik dilakukan pada pagi hari
setelah embun hilang atau pada sore hari. Dosis pestisida disesuaikan dengan
serangan hama dan penyakit, baca dengan baik penggunaan dosis pada label merk
obat yang digunakan. Apabila hama dan penyakit menyerang dengan ganas maka
dosis pestisida harus lebih akan tetapi penggunaannya harus hati-hati karena
serangga yang menguntungkan dapat ikut mati.
2.5. Hama dan Penyakit
2.5.1. Hama
a) Uret (Xylenthropus)
Ciri: berada dalam akar dari tanaman. Gejala: tanaman mati pada yg usia muda, karena akar batang dan umbi dirusak. Pengendalian: bersihkan sisa-sisa bahan organik pada saat tanam dan atau mencampur sevin pada saat pengolahan lahan.
Ciri: berada dalam akar dari tanaman. Gejala: tanaman mati pada yg usia muda, karena akar batang dan umbi dirusak. Pengendalian: bersihkan sisa-sisa bahan organik pada saat tanam dan atau mencampur sevin pada saat pengolahan lahan.
b) Tungau merah (Tetranychus bimaculatus)
Ciri: menyerang pada permukaan bawah daun dengan menghisap cairan daun tersebut. Gejala: daun akan menjadi kering. Pengendalian: menanam varietas toleran dan menyemprotkan air yang banyak.
Ciri: menyerang pada permukaan bawah daun dengan menghisap cairan daun tersebut. Gejala: daun akan menjadi kering. Pengendalian: menanam varietas toleran dan menyemprotkan air yang banyak.
2.5.2. Penyakit
a) Bercak daun bakteri
Penyebab: Xanthomonas manihotis atau Cassava Bacterial Blight/CBG . Gejala: bercak-bercak bersudut pada daun lalu bergerak dan mengakibatkan pada daun kering dan akhirnya mati. Pengendalian: menanam varietas yang tahan, memotong atau memusnahkan bagian tanaman yang sakit, melakukan pergiliran tanaman dan sanitasi kebun
Penyebab: Xanthomonas manihotis atau Cassava Bacterial Blight/CBG . Gejala: bercak-bercak bersudut pada daun lalu bergerak dan mengakibatkan pada daun kering dan akhirnya mati. Pengendalian: menanam varietas yang tahan, memotong atau memusnahkan bagian tanaman yang sakit, melakukan pergiliran tanaman dan sanitasi kebun
b) Layu bakteri (Pseudomonas solanacearum E.F.
Smith)
Ciri: hidup di daun, akar dan batang. Gejala: daun yang mendadak jadi layu seperti tersiram air panas. Akar, batang dan umbi langsung membusuk. Pengendalian: melakukan pergiliran tanaman, menanam varietas yang tahan seperti Adira 1, Adira 2 dan Muara, melakukan pencabutan dan pemusnahan tanaman yang sakit berat.
Ciri: hidup di daun, akar dan batang. Gejala: daun yang mendadak jadi layu seperti tersiram air panas. Akar, batang dan umbi langsung membusuk. Pengendalian: melakukan pergiliran tanaman, menanam varietas yang tahan seperti Adira 1, Adira 2 dan Muara, melakukan pencabutan dan pemusnahan tanaman yang sakit berat.
c) Bercak daun coklat (Cercospora heningsii)
Penyebab: cendawan yang hidup di dalam daun. Gejala: daun bercak-bercak coklat, mengering, lubang-lubang bulat kecil dan jaringan daun mati. Pengendalian: melakukan pelebaran jarak tanam, penanaman varietas yang tahan, pemangkasan pada daun yang sakit serta melakukan sanitasi kebun.
Penyebab: cendawan yang hidup di dalam daun. Gejala: daun bercak-bercak coklat, mengering, lubang-lubang bulat kecil dan jaringan daun mati. Pengendalian: melakukan pelebaran jarak tanam, penanaman varietas yang tahan, pemangkasan pada daun yang sakit serta melakukan sanitasi kebun.
d) Bercak daun konsentris (Phoma phyllostica)
Penyebab: cendawan yang hidup pada daun. Gejala: adanya bercak kecil dan titik-titik, terutama pada daun muda. Pengendalian: memperlebar jarak tanam, mengadakan sanitasi kebun dan memangkas bagian tanaman yang sakit .
Penyebab: cendawan yang hidup pada daun. Gejala: adanya bercak kecil dan titik-titik, terutama pada daun muda. Pengendalian: memperlebar jarak tanam, mengadakan sanitasi kebun dan memangkas bagian tanaman yang sakit .
2.5.3. Gulma
Sistem penyiangan/pembersihan secara menyeluruh
dan gulmanya dibakar/dikubur dalam seperti yang dilakukan umumnya para petani
Ketela pohon dapat menekan pertumbuhan gulma. Namun demikian, gulma tetap
tumbuh di parit/got dan lubang penanaman.
Khusus gulma dari golongan teki (Cyperus sp.)
dapat di berantas dengan cara manual dengan penyiangan yang dilakukan 2-3 kali
permusim tanam. Penyiangan dilakukan sampai akar tanaman tercabut. Secara
kimiawi dengan penyemprotan herbisida seperti dari golongan 2,4-D amin dan
sulfonil urea. Penyemprotan harus dilakukan dengan hati-hati.
Sedangkan jenis gulma lainnya adalah rerumputan
yang banyak ditemukan di lubang penanaman maupun dalam got/parit. Jenis gulma
rerumputan yang sering dijumpai yaitu jenis rumput belulang (Eleusine indica),
tuton (Echinochloa colona), rumput grintingan (Cynodon dactilon), rumput pahit
(Paspalum distichum), dan rumput sunduk gangsir (digitaria ciliaris).
Pembasmian gulma dari golongan rerumputan dilakukan dengan cara manual yaitu
penyiangan dan penyemprotan herbisida berspektrum sempit misalnya Rumpas 120 EW
dengan konsentrasi 1,0-1,5 ml/liter.
2.6. Panen
2.6.1. Ciri dan Umur Panen
Ketela pohon dapat dipanen pada saat pertumbuhan
daun bawah mulai berkurang. Warna daun mulai menguning dan banyak yang rontok.
Umur panen tanaman ketela pohon telah mencapai 6–8 bulan untuk varietas Genjah
dan 9–12 bulan untuk varietas Dalam.
2.6.2. Cara Panen
Ketela pohon dipanen dengan cara mencabut
batangnya dan umbi yang tertinggal diambil dengan cangkul atau garpu tanah.
2.7. Pascapanen
2.7.1. Pengumpulan
Hasil panen dikumpulkan di lokasi yang cukup
strategis, aman dan mudah dijangkau oleh angkutan.
2.7.2. Penyortiran dan Penggolongan
Pemilihan atau penyortiran umbi ketela pohon
sebenarnya dapat dilakukan pada saat pencabutan berlangsung. Akan tetapi
penyortiran umbi ketela pohon dapat dilakukan setelah semua pohon dicabut dan
ditampung dalam suatu tempat. Penyortiran dilakukan untuk memilih umbi yang
berwarna bersih terlihat dari kulit umbi yang segar serta yang cacat terutama
terlihat dari ukuran besarnya umbi serta bercak hitam/garis-garis pada daging
umbi.
2.7.3. Penyimpanan
Cara penyimpanan hasil panen umbi ketela pohon
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a) Buat lubang di dalam tanah untuk tempat penyimpanan umbi segar ketela pohon tersebut. Ukuran lubang disesuaikan dengan jumlah umbi yang akan disimpan.
b) Alasi dasar lubang dengan jerami atau daun-daun, misalnya dengan daun nangka atau daun ketela pohon itu sendiri.
c) Masukkan umbi ketela pohon secara tersusun dan teratur secara berlapis kemudian masing-masing lapisan tutup dengan daun-daunan segar tersebut di atas atau jerami.
d) Terakhir timbun lubang berisi umbi ketela pohon tersebut sampai lubang permukaan tertutup berbentuk cembung, dan sistem penyimpanan seperti ini cukup awet dan membuat umbi tetap segar seperti aslinya.
a) Buat lubang di dalam tanah untuk tempat penyimpanan umbi segar ketela pohon tersebut. Ukuran lubang disesuaikan dengan jumlah umbi yang akan disimpan.
b) Alasi dasar lubang dengan jerami atau daun-daun, misalnya dengan daun nangka atau daun ketela pohon itu sendiri.
c) Masukkan umbi ketela pohon secara tersusun dan teratur secara berlapis kemudian masing-masing lapisan tutup dengan daun-daunan segar tersebut di atas atau jerami.
d) Terakhir timbun lubang berisi umbi ketela pohon tersebut sampai lubang permukaan tertutup berbentuk cembung, dan sistem penyimpanan seperti ini cukup awet dan membuat umbi tetap segar seperti aslinya.
2.7.4. Pengemasan dan Pengangkutan
Pengemasan umbi ketela pohon bertujuan untuk
melindungi umbi dari kerusakan selama dalam pengangkutan. Untuk pasaran antar
kota/ dalam negeri dikemas dan dimasukkan dalam karung-karung goni atau
keranjang terbuat dari bambu agar tetap segar. Khusus untuk pemasaran antar
pulau maupun diekspor, biasanya umbi ketela pohon ini dikemas dalam bentuk
gaplek atau dijadikan tepung tapioka. Kemasan selanjutnya dapat disimpan dalam
karton ataupun plastik-plastik dalam pelbagai ukuran, sesuai permintaan
produsen.
Setelah dikemas umbi ketela pohon dalam bentuk
segar maupun dalam bentuk gaplek ataupun tapioka diangkut dengan alat
trasportasi baik tradisional maupun modern ke pihak konsumen, baik dalam maupun
luar negeri.
Post a Comment