Edamame merupakan
kedelai asal Jepang, secara umum bentuknya lebih besar dibandingkan kedelai
biasa. Berat Edamame bisa mencapai 30 gram per seratus
bijinya. Edamame bisa dikonsumsi muda sebagai sayur saat polong masih
berwarna hijau. Edamame bisa juga dikonsumsi sebagai penganan kecil dalam
bentuk edamame rebus. Saat ini edamame juga banyak diolah menjadi susu
bubuk, jus, pastry edamame, keripik edamame dan lainya.
Edamame mempunyai
kandungan protein yang lengkap dengan kualitas yang setara dengan kandungan
protein pada susu, telur maupun daging. Selain itu edamame juga
mengandung zat anti kolesterol sehingga sangat baik untuk dikonsumsi.
Varietas yang banyak
dibudidayakan antara lain Ryoko, Taiso, Surumidori dan Surunoko. Ryoko
merupakan varietas yang paling banyak dibudidayakan karena polongnya lebih
besar, rasanya lebih manis dan bulu halus pada polongnya lebih sedikit.
Edamame meliliki
peluang yang bagus, prospek pasarnya masih terbuka lebar. Harga Edamame
juga relatif baik , harganya berkisar antara Rp. 7.500 – Rp. 9.500 per kilogram
untuk Edamame segar. embudidaya edamame ini masih relatif sedikit,
sedangkan kebutuhan pasarnya besar. Selain untuk konsumsi di dalam
negeri, Edamame juga diekspor untuk memenuhi kebutuhan pasar Jepang.
Kebutuhan di dalam negeri kurang lebih 700 ton per tahun, sedangkan untuk ekspor
ke Jepang diperkirakan mencapai 40 kontainer per bulan sedangkan kemampuan
pasokan kita baru mencapai 4 kontainer per bulan.
Budidaya edamame
sebenarnya relatif tidak sulit, secara umum hampir sama dengan kedelai.
Secara singkat budidaya edamame adalah sebagai berikut :
Syarat Tumbuh. Edamame menghendaki
ketinggian lahan minimal 200 m diatas permukaan laut (dpl), suhu berkisar 26 –
30 ° C, dengan penyinaran matahari penuh. Edamame menghendaki tanah yang
subur dengan pengairan yang baik dan kemasaman tanah netral.
Persiapan Lahan. Tanah dibajak 3 minggu
sebelum tanam, 2 minggu kemudian dibuat bedengan lebar 1,2 meter, panjang 10
meter dan tinggi bedengan 20 – 25 cm. jarak antar bedengan 0, 5
meter. Pemupukan dasar diberikan 3 hari sebelum tanam dengan cara ditabur
merata di atas bedengan. Pupuk dasar terdiri dari SP 36 sebanyak 200 kg /
hektar dan penambahan kapur pertanian 600 kg /hektar.
Benih. Benih Edamame yang
diperlukan berkisar antara 80 – 100 kg per hektar. Varietas Edamame yang
ditanam disesuaikan dengan pasar, antara lain yang paling banyak ditanam petani
adalah varietas Ryoko. Varietas ini polongnya lebih besar dan rasanya lebih manis.
Penanaman. Benih Edamame ditanam pada
bedengan dengan jarak tanam 12 X 20 cm atau 20 X 20 cm dan kedalaman tanam 1,5
– 2 cm kemudian ditutup dengan tanah gembur. Benih yang ditanam antara 2 -3
benih per lubang tanam.
Penyulaman. Penyulaman dilakukan 7
hari setelah tanam (HST) apabila ada tanaman yang mati atau tidak normal
tumbuhnya, dengan mengambil tanaman yang ada di tepi atau tanaman persiapan
yang khusus untuk sulaman.
Penyiangan. Rereumputan atau gulma lainya
perlu dibersihkan agar tidak bersaing dengan Edamame, penyiangan dilakukan pada
saat tanaman berumur 9 HST. Penyiangan selanjutnya dilakukan sesuai
kondisi pertanaman.
Pengairan. Pengairan dilakukan dengan
penggenangan sampai air dalam kapasitas lapang, pengairan dilakukan 7 hari
sekali serta memperhatikan kondisi pertanamanya.
Pemupukan. Pemupukan susulan dilakukan
pada saat tanaman berumur 10 HST, terdiri dari KCL 50 kg/Ha, Urea 150 kg/Ha dan
Za 50 kg/Ha. Pemupukan susulan yang kedua pada saat tanaman berumur 21
HST terdiri dari KCl 100 kg/Ha, Urea 50 kg/Ha dan ZA 100 kg/Ha.
Pengendalian OPT. Edamame tidak luput
terkena serangan organisme penganggu tanaman (OPT) baik hama maupun
penyakit. Pengendalian dilakukan secara terpadu sesuai dengan jenis hama
maupun penyakitnya. Penggunaan pestisida dilakukan secara selektif dan
terkendali. Jenis OPT yang menyerang edamame biasanya sama juga dengan
OPT yang menyerang kedelai, sehingga pengendalianya tidak berbeda jauh dengan
pengendalian pada kedelai.
Lalat pucuk, ulat
grayak, pengerek batak, dan jamur bisa disemprot dengan Reagent 50 C dengan
dosis 1 gr / liter air dan Ingrofol 50 WP dengan dosis 1,5 l/Ha.
Pengendalian OPT ini
sangat penting karena bisa berpengaruh terhadap kualitas Edamame. Edamame yang
diminta oleh pasar lokal maupun ekspor adalah Edamame yang bernas, warna hijau
segar dan harus bebas dari bekas serangan hama atau penyakit. Sehingga
sangat penting untuk memperhatikan hal ini, baik hama pengerek batang maupun
pengerek polong.
Panen dan Pasca Panen. Panen polong
muda saat polong berwarna masih hijau bisa mencapai 7,5 ton per hektar.
Edamame bisa dipanen dalam keadaan segar saat polong masih berwarna hijau pada
saat berumur minimal 45 HST sesuai varietasnya, jika terlalu tua kurang disukai
konsumen. Panen tidak dilakukan secara serentak tetapi diseleksi dengan
interval panen 2 hari sekali. Polong yang dipetik adalah yang bernas
namun warnanya masih belum kuning. Jika akan dipergunakan untuk benih
panen harus dilakukan pada saat polong sudah masak penuh kurang lebih pada saat
edamame berumur 90 – 100 HST.
Edamame yang di
panen muda sebaiknya segera di bawa ke tempat yang teduh dan hindari dari panas
matahari agar Edamame tetap segar, tidak layu atau warnanya rusak. Jika
polongnya kotor bisa dicuci dengan air yang mengalir dan ditiriskan.
Selanjutnya dipacking sebelum dipasarkan.
Edamame yang diminta
pasar adalah Edamame dengan kualitas yang baik. Polong berisi 2-3 biji
per polong dengan jumlah polong antara 150 – 175 polong per setengah kilogram
dan bobot per polong antara 2,5 – 3,5 gram. Selain itu polong Edamame
harus berwarna hijau segar dan harus bebas dari bekas serangan hama maupun
penyakit.
Biasanya Edamame
yang segar ini dikelompokkan menjadi 4 klas mutu atau grade, antara lain :
- Grade 1 : Kualitas super (Super quality), dengan ciri-ciri kulit polong mulus, warna hijau tua, polong berisi penuh dengan isi polong 3.
- Grade 2 : Kualitas Premium, dengan ciri-ciri warna hijau mulus namun polong hanya berisi 2 biji.
- Grade 3 : Kualitas Deluxe, dengan kualitas masih dibawah Grade 2, warna kurang bagus, polong kurang bernas.
- Grade 4 : Kualitas grade ini disebut dengan Mukimame, biasanya digunakan untuk olahan lebih lanjut, bukan dikonsumsi segar.
Pemasaran Edamame
ini bisa dilakukan dengan kerjasama dengan para pemasok maupun eksportir
edamame. Pasar lokal sasaranya ke perhotelan, restoran maupun
supermarket. Asal kualitas yang diminta dapat dipenuhi dengan baik, pasar
dengan sendirinya akan terbuka lebar.
+ comments + 3 comments
Dalam Pengembangan budidaya Edamame sama halnya dengan budidaya kedelai biasa, hanya saja untuk budidaya Edamame, pengolahan lahan harus optimal dan penanamannya bibuat bedengan/guludan. Di Indonesia kedelai jepang ini dapat dikembangkan baik di dataran rendah maupun didataran tinggi. Edamame memerlukan hawa yang cukup panas dengan curah hujan yang relatif tinggi. Sehingga jenis ini cocok bila ditanam di Indonesia yang beriklim tropis. Pada umumnya, pertumbuhan tanaman edamame dapat tumbuh baik pada tanah-tanah alluvial, regosol, grumosol, latosol, dan andosol dengan drainase dan aerasi yang baik, Selain itu, ia menghendaki tanah yang subur, gembur, dan kaya bahan organik. Keasamaan tanah (pH) yang cocok untuknya berkisar antara 5,8-7,0. Tanah yang terlalu asam akan menghambat pertumbuhan bintil akar dan proses nitrifikasi. Sebagai indikator yang paling mudah adalah jagung. Bila tanah itu baik untuk jagung, maka baik pula untuk jenis kedelai ini.
Namun pengembangan budidaya Edamame masih terkendala dalam penyediaan benih. Saya sendiri sedang mengembangkan benih Edamame yang bekerjasama dengan petani binaan di jember. Saat ini sudah menghasilkan 5 ton benih dan sebagian sudah dibeli oleh petani dan pengembang Edamame di daerah Bogor Jawa Barat dan sekitarnya, Semarang; Kudus dan Jawa Timur sendiri. Jika ada petani/pengembang yang ingin mencoba untuk budidaya Edamame silahkan hub. sayau via Telp./SMS di 081336954040; 085885333595 atau via
Email ariefsukir@yahoo.co.id. Saya akan membantu informasi berkaitan dengan cara / budidaya Edamame. Tq
Dalam Pengembangan budidaya Edamame sama halnya dengan budidaya kedelai biasa, hanya saja untuk budidaya Edamame, pengolahan lahan harus optimal dan penanamannya bibuat bedengan/guludan. Di Indonesia kedelai jepang ini dapat dikembangkan baik di dataran rendah maupun didataran tinggi. Edamame memerlukan hawa yang cukup panas dengan curah hujan yang relatif tinggi. Sehingga jenis ini cocok bila ditanam di Indonesia yang beriklim tropis. Pada umumnya, pertumbuhan tanaman edamame dapat tumbuh baik pada tanah-tanah alluvial, regosol, grumosol, latosol, dan andosol dengan drainase dan aerasi yang baik, Selain itu, ia menghendaki tanah yang subur, gembur, dan kaya bahan organik. Keasamaan tanah (pH) yang cocok untuknya berkisar antara 5,8-7,0. Tanah yang terlalu asam akan menghambat pertumbuhan bintil akar dan proses nitrifikasi. Sebagai indikator yang paling mudah adalah jagung. Bila tanah itu baik untuk jagung, maka baik pula untuk jenis kedelai ini.
Namun pengembangan budidaya Edamame masih terkendala dalam penyediaan benih. Saya sendiri sedang mengembangkan benih Edamame yang bekerjasama dengan petani binaan di jember. Saat ini sudah menghasilkan benih dan sebagian sudah dibudidayakan dan ditanam oleh petani Edamame di daerah Bogor Jawa Barat dan sekitarnya, Jawa Tengah dan Jawa Timur sendiri. Jika ada petani/pengembang yang ingin mencoba untuk budidaya Edamame silahkan hub. sayau via Telp./SMS di 081226811448; 085733660442 atau via
Email ariefsukir@yahoo.co.id. Saya akan membantu informasi berkaitan dengan cara / budidaya Edamame. Tq
Yang membutuhkan benih Edamame bisa kontak saya di 082226633222 (sms/WA)
Post a Comment