Buah pare atau paria
(momordica charantia) dalam pengobatan Ayurweda (India) dan pengobatan
tradisional China telah lama digunakan untuk pengobatan diabetes.
Demikian pula dalam pengobatan tradisional Brasil dan Meksiko. Dalam praktik
tradisional tersebut, daun atau buah pare biasanya ditumbuk lalu diperas untuk
diambil jusnya. Jus tersebut kemudian diminum secara langsung atau
dicampur ramuan lain untuk obat diabetes. Alternatif lain, daun pare mungkin
diseduh sebagai teh untuk mereka yang tidak menyukai rasa pahit yang terlalu
kuat atau memiliki masalah pencernaan.
Penggunaan pare yang
luas sebagai obat anti-diabetes di berbagai suku bangsa tersebut tentunya tidak
tanpa alasan. Berbagai studi klinis, pra-klinis dan klinis terbatas dalam empat
dekade terakhir cenderung untuk mengkonfirmasi khasiatnya. Penelitian di
Universitas Giessen(Jerman), misalnya, secara khusus memperlihatkan manfaat
medis buah pare dalam percobaan pada tikus pembawa gen diabetes.
“Bahkan hanya dalam
lima minggu [pengobatan] hasilnya tampak signifikan,” kata Profesor Krawinkel,
salah satu peneliti. “Tikus-tikus yang kami beri makan buah pare memiliki
tingkat gula darah lebih rendah daripada kelompok kontrol.”
Penelitian lain juga
mendapatkan kesimpulan yang sama. “Jus buah atau bubuk biji [buah pare]
menyebabkan penurunan glukosa darah puasa dan meningkatkan toleransi glukosa,”
tulis peneliti A. Raman dan C. Lau dari Pharmacognosy
Research Laboratories, Department of Pharmacy, King’s College, Inggris.
Buah pahit yang populer
Pare adalah tumbuhan
dari keluarga yang sama dengan ketimun, labu dan semangka (cucurbitaceae) .
Tanaman pare tumbuh merambat dengan sulur-sulur spiral di ujung tangkainya.
Buahnya berbentuk seperti mentimun namun berkulit keriput dan lebih lancip di
ujungnya. Selubung bijinya berwarna putih saat masih mentah dan menjadi merah
ketika matang.
Pare adalah salah
satu sayuran terpahit yang dapat dimakan. Ada banyak varietas pare, yang
berbeda dalam bentuk, warna dan kepahitan. Tanaman pare sangat mudah
dibudidayakan sehingga banyak dijumpai di wilayah-wilayah pertanian tropis dan
sub-tropis di benua Asia, Afrika, dan Amerika. Kepopuleran pare di seluruh
dunia dapat dibuktikan dari sedemikian banyaknya nama lokal untuk sayuran
tersebut, seperti bitter gourd (Inggris), kugua (China), nigauri (Jepang), paakharkaai (Tamil), korola (Bengali), ampalaya (Tagalog),carilla (Guyana)
dan karela (Hindi).
Bahan aktif
Efek antidiabetes
dari pare berasal dari tindakan kompleks beberapa senyawa dalam buahnya. Para
peneliti telah mengidentifikasi senyawa penting tersebut seperti charantin,
vicine, peptida dan polipeptida-p. Senyawa-senyawa tersebut
menstimulasi sel beta pada kelenjar pankreas untuk memproduksi insulin lebih
banyak, selain meningkatkan cadangan glikogen di hati. Komponen bioaktif
lainnya seperti momordicine danmomordicosides, dan asam lemak yang
ditemukan dalam konsentrasi tinggi dalam bijinya membantu membalikkan
resistensi insulin. Serat dan saponin dalam pare memperlambat pencernaan
karbohidrat dan mencegah lonjakan gula darah setelah makan.
Varietas, metode
pembudayaan, pengolahan, dll dapat berpengaruh terhadap kandungan dan
efektivitas bahan aktif dalam pare. Penelitian lanjutan tengah dilakukan
melalui Bitter Gourd Project yang disponsoriThe World Vegetable
Center sejak Maret 2011 lalu. Tujuannya adalah untuk mengoptimalkan
tingkat senyawa anti-diabetes dalam sayuran tersebut. Langkah pertama adalah
memilih varietas dan galur pare yang paling menjanjikan untuk pengembangan
lebih lanjut. Di Thailand, India, dan Tanzania, para pelaksana lapangan
melakukan uji coba untuk meninjau pengaruh cara pembudidayaan dan praktik
pascapanen terhadap retensi senyawa-senyawa aktif pada buah pare.
Post a Comment