I.
Latar Belakang
Tanah
merupakan tempat kehidupan mikroorganisme yang secara makro menguntungkan bagi
mahkluk hidup lainnya, termasuk manusia. Mikroorganisme yang menghuni tanah
dapat dikelompokkan menjadi bakteri, fungi, alga, dan protozoa. Jumlah dan
jenis mikroorganisme tanah dipengaruhi oleh perubahan lingkungan. Untuk
mendapatkan hasil yang maksimal dengan waktu yang seefisien mungkin dalam
kegiatan pertanian maka diwujudkanlah hal tersebut dengan penggunaan pestisida
selama aktifitas pertanian berlangsung. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan
lingkungan, baik ditempat pemberian pupuk maupun di lokasi akumulasi bahan
kimia tersebut. Penggunaan pestisida sintetis pada pertanian merupakan dilema,
di satu sisi sangat dibutuhkan dalam rangka penyediaan pangan, di sisi lain tanpa
disadari mengakibatkan berbagai dampak
negatif, baik terhadap manusia, hewan mikroba maupun lingkungan.
Meningkatnya kesadaran manusia terhadap terjadinya kerusakan lingkungan
hidup yang disebabkan oleh aktivitas pertanian telah mendorong timbulnya
paradigma baru dalam sistem pertanian yang merupakan koreksi terhadap paradigma
sebelumnya. Dimana paradigma sebelumnya menekankan pada hasil yang
sebesar-besarnya dengan menggunakan bahan kimia sebanyak-banyaknya. Maka
paradigma baru mulai memikirkan cara bagaimana mendapatkan hasil pertanian
secara maksimal tanpa merusak lingkungan, salah satu cara untuk menggantikan
sebagian atau seluruh fungsi pupuk buatan tersebut adalah dengan memanfatkan
pupuk hayati Cendawan Mikoriza Vesikular Arbuskular.
II.
Mikoriza Vesikular Arbuskular
Kita sudah mengenal Mikoriza Vesikular Arbuskular sebagai salah satu
pupuk hayati yang mampu meningkatkan serapan unsur hara makro P dalam tanah,
bahkan dapat meningkatkan pula serapan terhadap unsur hara mikro seperti Cu dan
Zn. Mikoriza berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata, yaitu mycos yang
berarti jamur danrhiza yang berarti akar. Jamur mikoriza pertama kali
ditemukan oleh Frank, seorang ilmuwan dari Eropa pada tahun 1885 dan diartikan
sebagai root fungus (jamur akar) karena kemampuannya mengambil unsur
hara seperti layaknya fungsi akar tanaman. Cendawan Mikoriza Arbuskular (CMA)
merupakan asosiasi antara cendawan tertentu dengan akar tanaman dengan
membentuk jalinan interaksi yang komplek. Mikoriza dikenal dengan jamur tanah
karena habitatnya berada di dalam tanah dan berada di area perakaran tanaman (rizosfer).
Selain disebut sebagai jamur tanah juga biasa dikatakan sebagai jamur akar.
Keistimewaan dari jamur ini adalah kemampuannya dalam membantu tanaman untuk
menyerap unsur hara terutama unsur hara Pospat (P). Mikoriza merupakan suatu
bentuk hubungan simbiosis mutualistik antar cendawan dengan akar tanaman. Baik
cendawan maupun tanaman sama-sama memperoleh keuntungan dari asosiasi ini.
infeksi ini antara lain berupa pengambilan unsur hara dan adaptasi tanaman yang
lebih baik. Dilain pihak, cendawan pun dapat memenuhi keperluan hidupnya
(karbohidrat dan keperluan tumbuh lainnya) dari tanaman inang.
Berdasarkan struktur dan cara cendawan menginfeksi akar, mikoriza dapat
dikelompokkam ke dalam tiga tipe :
1. Ektomikoriza,
merupakan jamur yang pendek, bercabang dua, dan terkadang seperti tandan yang
rapat. Ektomikoriza mempunyai sifat antara lain akar yang kena infeksi
membesar, bercabang, rambut-rambut akar tidak ada, hifa menjorok ke luar dan
berfungsi sebagi alat yang efektif dalam menyerap unsur hara dan air, hifa
tidak masuk ke dalam sel tetapi hanya berkembang diantara dinding-dinding sel
jaringan korteks membentuk struktur seperti pada jaringan Hartiq.
2. Ektendomikoriza,
merupakan bentuk antara (intermediet) kedua mikoriza yang lain. Ciri-cirinya
antaralain adanya selubung akar yang tipis berupa jaringan Hartiq, hifa
dapat menginfeksi dinding sel korteks dan juga sel-sel korteknya.
3. Endomikoriza,
Jamur ini tidak membentuk selubung yang padat, namun membentuk meselium yang
tersusun longgar pada permukaan akar. Jamur juga membentuk vesikula dan
arbuskular yang besar di dalam sel korteks. Menurut Siti dalam Wikipedia, 2011,
Vesikular merupakan suatu struktur berbentuk lonjongatau bulat yang mengandung
cairan lemak dan berfungsi sebagai organ penyimpanan makanan atau berkembang
menjadi klamidospora yang berfungsi sebagai organ reproduksi dan struktur
tahan. Sedangkan yang dimaksud dengan Arbuskular adalah struktur hifa yang
bercabang-cabang seperti pohon kecil yang mirip haustorium (membentuk pola
dikotom) berfungsi sebagai tempat pertukaran nutrisi antara tanaman inang
dengan jamur. Endomikoriza tidak membentuk mantel yang menyelimuti akar, karena
jamur ini berada di dalam korteks akar. Tipe jamur ini, adalah dengan adanya
arbuskula yang berada di dalam korteks akar. Arbuskula ini digunakan untuk
menyerap nutrisi yang berada di area perakaran.
Akar yang bermikoriza
juga diketahui dapat menjalankan fungsinya lebih baik dalam penyerapan hara
tanah dibandingkan dengan yang tak bermikoriza dan lebih sedikit kemungkinan
terserang oleh patogen tertentu. Jadi simbiose mikoriza adalah bentuk yang
berguna bagi ketahanan tanaman terhadap serangan patogen dan membantu tanaman
untuk meningkatkan penyerapan unsur hara. Hampir semua tanaman yang berguna
bagi manusia bersimbiose dengan jamur mikoriza dimana akarnya terinfeksi
cendawan mikoriza. Gramineae dan Leguminosa umumnya
bermikoriza. Jagung merupakan contoh tanaman yang terinfeksi hebat oleh
mikoriza. Tanaman perkebunan yang telah dilaporkan akarnya terinfeksi mikoriza
adalah tebu, teh, tembakau, palem, kopi, karet, kapas, jeruk, kakao. Sebagian
besar tanaman tahunan tidak dapat bertahan hidup lama secara dinamis bila tidak
bersimbiose dengan jamur mikoriza karena dalam hal ini peranan mikoriza sebagai
kontrol biologi dalam ekosistem terrestrial (Ridiah, 2010).
III.
Manfaat Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA)
Beberapa
manfaat yang dapat diperoleh tanaman inang dari adanya asosiasi mikoriza adalah
sebagai berikut (Rahayu dan Akbar, 2003) :
Meningkatkan
Penyerapan Unsur Hara
Tanaman yang bermikoriza biasanya tumbuh lebih baik dari pada yang tidak
bermikoriza, dapat meningkatkan penyerapan unsur hara makro dan beberapa unsur
hara mikro. Selain itu akar tanaman yang bermikoriza dapat menyerap unsur hara
dalam bentuk terikat dan tidak tersedia untuk tanaman (Serrano, 1985 dalam
Suhardi, 1992 dalam Rahayu dan Akbar, 2003). De la Cruz (1981) dalam Atmaja
(2001) dalam Rahayu dan Akbar, 2003 melaporkan lebih banyak lagi unsur hara
yang serapannya meningkat dari adanya mikoriza. Unsur hara yang meningkat
penyerapannya adalah N, P, K, Ca, Mg, Fe, Cu, Mn dan Zn. Hubungan antara MVA
dengan organisme tanah tidak bias diabaikan, karena secara bersama-sama
keduanya membantu pertumbuhan tanaman.
Tahan Terhadap
Serangan Patogen
Mikoriza dapat berfungsi sebagai pelindung biologi bagi terjadinya infeksi
patogen akar. Mekanisme perlindungan ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.
Adanya lapisan hifa (mantel) dapat berfungsi sebagai pelindung fisik untuk
masuknya patogen
2.
Mikoriza menggunakan hampir semua kelebihan karbohidrat dan eksudat akar
lainnya, sehinga tidak cocok bagi patogen.
3.
Fungi mikoriza dapat melepaskan antibiotik yang dapat menghambat perkembangan
patogen.
Menurut Ridiah, 2010, terbungkusnya permukaan akar oleh mikoriza menyebabkan
akar terhindar dari serangan hama dan penyakit. Infeksi patogen akar terhambat.
Mikoriza menggunakan semua kelebihan karbohidrat dan eksudat akar lainnya,
sehingga tercipta lingkungan yang tidak cocok bagi patogen. Dilain pihak,
cendawan mikoriza ada yang dapat melepaskan antibiotik yang dapat mematikan
patogen.
Demikian pula mikoriza telah dilaporkan dapat mengurangi serangan nematoda.
Jika terhadap jasad renik berguna, MVA memberikan sumbangan yang menguntungkan,
sebaliknya terhadap jasad renik penyebab penyakit MVA justru berperan sebagai
pengendali hayati yang aktif terutama terhadap serangan patogen akar. Interaksi
sebenarnya antara MVA, patogen akar, dan inang cukup kompleks dan kemampuan MVA
dalam melindungi tanaman terhadap serangan patogen tergantung spesies, atau
strain cendawan MVA dan tanaman yang terserang
Memperbaiki Struktur
Tanah dan Tidak Mencemari Lingkungan
Fungi mikoriza yang berasosiasi dengan akar berperan dalam konservasi tanah,
hifa tersebut sebagai kontributor untuk menstabilkan pembentukan struktur
agregat tanah dengan cara mengikat agregat-agregat tanah dan bahan organik
tanah Mikoriza dapat meningkatkan struktur tanah dengan menyelimuti butir-butir
tanah. Stabilitas agregat meningkat dengan adanya gel polysakarida yang
dihasilkan cendawan pembentuk mikoriza., karena bukan merupakan bahan kimia
pupuk ini tidak mencemari lingkungan.
Mikoriza dapat
Memproduksi Hormon dan Zat Pengatur Tumbuh
Fungi mikoriza dapat
memberikan hormon seperti auxin, sitokinin, giberellin, juga zat pengatur
tumbuh seperti vitamin kepada inangnya.
Manfaat Tambahan
Penggunaan
inokulum yang tepat dapat menggantikan sebagian kebutuhan pupuk. Sebagai contoh
mikoriza dapat menggantikan kira-kira 50% kebutuhan fosfor, 40% kebutuhan
nitrogen, dan 25% kebutuhan kalium untuk tanaman lamtoro. Penggunaan mikoriza
lebih menarik ditinjau dari segi ekologi karena aman dipakai, tidak menyebabkan
pencemaran lingkungan. Bila mikoriza tertentu telah berkembang dengan baik di
suatu tanah, maka manfaatnya akan diperoleh untuk selamanya. Mikoriza juga
membantu tanaman untuk beradaptasi pada pH yang rendah. Demikian pula
vigor tanaman bermikoriza yang baru dipindahkan ke lapang lebih baik dari yang
tanpa mikoriza. Mikoriza selain dari segi fisik dengan adanya hifa eksternal
mikoriza banyak mengandung logam berat, dan daerah tambang memberikan harapan
tersendiri untuk digunakan pada proyek rehabilitasi/reklamasi daerah bekas
tambang.
IV.
Cara Aplikasi Mikoriza Vesikular Arbuskular
Pupuk mikoriza umumnya berupa spora dan potongan akar yang terinfeksi jamur dan
dicampur dengan zeolit sebagai media pembawa. Penggunaan mikoriza efektif
digunakan pada saat tanaman masih di persemaian, di mana akarnya belum
mengalami penebalan. Pada kondisi seperti ini peluang mikoriza akan lebih besar
untuk menginfeksi akar tanaman. Pemberian mikoriza diberikan dengan cara menaburkannya
pada lubang sebelum penanaman, menempelkan pupuk/akar terinfeksi pada akar
tanaman muda atau mencampur mikoriza pada tanah untuk pembibitan tanaman.
Karena mikoriza merupakan mahluk hidup maka sejak berasosiasi dengan akar
tanaman akan terus berkembang dan selama itu pula berfungsi membantu tanaman
dalam peningkatan penyerapan unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan
tanaman sampai dewasa (Novriani dan Madjid, 2011).
Kondisi
lingkungan tanah yang cocok untuk perkecambahan biji akan mendukung pula untuk
perkecambahan spora mikoriza. Jamur mikoriza mempenetrasi epidermis akar
melalui tekanan mekanis dan aktivitas enzim dan selanjutnya tumbuh menuju
korteks. Pertumbuhan hifa secara eksternal terjadi jika hifa internal tumbuh dari
korteks melalui epidermis. Pertumbuhan hifa secara eksternal tersebut terus
berlangsung sampai tidak memungkinnya untuk terjadi pertumbuhan lagi. Bagi
jamur mikoriza, hifa eksternal berfungsi mendukung fungsi reproduksi serta
untuk transportasi karbon serta hara lainnya ke dalam spora, selain fungsinya
untuk menyerap unsur hara dari dalam tanah untuk digunakan oleh tanaman.
Suhu yang relatif tinggi dapat meningkatkan aktivitas mikoriza. Pada daerah tropika basah seperti Indonesia, hal ini menguntungkan. Suhu optimum untuk perkecambahan spora sangat beragam tergantung jenisnya. Pada umumnya infeksi oleh cendawan mikoriza meningkat dengan naiknya suhu. Suhu yang tinggi pada siang hari (35°C) tidak menghambat perkembangan dan aktivitas fisiologis mikoriza. Peran mikoriza hanya menurun pada suhu di atas 40°C. Jadi, suhu bukan merupakan faktor pembatas utama dari aktivitas mikoriza. Justru sebaliknya, suhu yang sangat tinggi akan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman inang (Kurnianto,2009).
Suhu yang relatif tinggi dapat meningkatkan aktivitas mikoriza. Pada daerah tropika basah seperti Indonesia, hal ini menguntungkan. Suhu optimum untuk perkecambahan spora sangat beragam tergantung jenisnya. Pada umumnya infeksi oleh cendawan mikoriza meningkat dengan naiknya suhu. Suhu yang tinggi pada siang hari (35°C) tidak menghambat perkembangan dan aktivitas fisiologis mikoriza. Peran mikoriza hanya menurun pada suhu di atas 40°C. Jadi, suhu bukan merupakan faktor pembatas utama dari aktivitas mikoriza. Justru sebaliknya, suhu yang sangat tinggi akan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman inang (Kurnianto,2009).
Sumber : Karya Tulis
Milik penyuluhthl.wordpress.com
Post a Comment