Kegiatan penghijauan untuk mengurangi lahan kritis harus dilakukan terus menerus, agar lahan-lahan kritis dapat berubah menjadi lahan-lahan yang menghasilkan (produktif). Pemilihan jenis tanaman kayu-kayuan harus mempertimbangkan kelangsungan hidup tanaman tersebut, jika dipilih jenis tanaman yang kayunya berharga, maka suatu saat nanti tanaman tersebut akan ditebang untuk dijual oleh pemiliknya, sehingga perlu dipilih tanaman yang bisa diambil hasilnya selain kayu seperti buah atau daun, misalnya tanaman gambir yang diambil buahnya atau kayu putih yang diambil daunnya.
Tanaman kayu putih (Melaleuca leucadendron) sangat baik untuk reboisasi / penghijauan bagi tanah-tanah yang kurang subur. Kayu putih dapat dipilih untuk penghijauan lahan kritis karena memiliki manfaat sbb:
a) sebagai penutup lahan kosong,
b) tanaman cepat tumbuh dan dapat tumbuh di tanah kritis/marginal,
c) dapat mengurangi erosi dan tanah longsor,
d) menghasilkan bahan baku daun kayu putih yang dapat diproses untuk menghasilkan minyak kayu putih yang bernilai tinggi.
Dengan penanaman kayu putih dapat diharapkan kelestarian tegakan, karena yang diambil hasilnya bukan kayu melainkan daunnya, sehingga lahan akan terus terjaga dari kerusakan. Pada sela-sela tanaman kayu putih masih bisa ditanami tanaman semusim secara tumpangsari, sehingga lahan dapat menghasilkan tambahan selain dari tanaman kayu putih tersebut.
Sifat Botani Kayu Putih adalah:
- Tanaman Kayuputih ( Melaleuca leucadendron ) adalah jenis tanaman semak.
- Tumbuh baik pada daerah yang mempunyai musim kemarau agak basah maupun kering.
- Tumbuh subur ditanah tandus yang tidak baik untuk tanaman jati, ketinggian tempat 0 – 500 m DpL.
- Varietas yang tumbuh di pulau jawa adalah varietas ponorogo (hasil persilangan antara varietas Buru & Timor)
- Melaleuca leucadendron bentuk daun lonjong seperti ujung tombak, panjang 4,5 – 15 Cm, Lebar 0,75 – 4 Cm.
- Kuncup warna putih, rendemen lebih tinggi dibanding kuncup merah
Proses pengolahan daun kayu putih dapat dilakukan dengan penyulingan sederhana maupun penyulingan modern. Penyulingan skala rumah tangga bisa dilakukan dengan teknologi yang sederhana seperti yang sudah banyak dilakukan di daerah-daerah lain. Penyulingan minyak kayu putih secara sederhana banyak dijumpai di Pulau Buru, Maluku, setiap tiga keluarga mempunyai satu unit peralatan penyulingan.
Wilayah Kecamatan Prambanan yang kondisi lahannya tidak jauh berbeda dengan wilayah Gunung Kidul diharapkan dapat menjadi pusat pengembangan tanaman kayu putih di Kabupaten Sleman. Pengembangan tanaman kayu putih di Gunung Kidul lebih banyak dilakukan hutan negara, sedangkan di Prambanan dicoba dikembangkan di hutan rakyat.
Pada Tahun Anggaran 2006 Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Sleman memulai pengembangan tanaman kayu putih di wilayah Kecamatan Prambanan seluas 50 Ha yang meliputi Dusun Gayam, Jontro dan Kalinongko Lor. Kegiatan ini dilaksanakan dengan APBN tahun anggaran 2006 melalui Gerakan Nasional RHL. Wakil Bupati Sleman membuka kegiatan ini dengan melakukan penanaman bibit tanaman kayu putih pada Acara Puncak Penghijauan tingkat kabupaten. Pada tahap awal ditanam 15.000 batang bibit kayu putih.
Pada tahun anggaran 2007 ini dialokasikan penanaman kayu putih 30.000 batang di Kalinongko Lor Gayamharjo Prambanan melalui APBD. Pada awal 2008 telah dilakukan pemangkasan awal terhadap tanaman kayu putih tahun 2006 dan daunnya disuling di tempat penyulingan minyak nilam, ternyata dapat menghasilkan minyak kayu putih.
Daun kayu putih dapat langsung dijual ke industri penyulingan maupun disuling sendiri untuk menghasilkan minyak kayu putih. Industri penyulingan minyak kayu putih masih membutuhkan banyak bahan baku daun kayu putih.
Post a Comment