Home » » PELUANG BUDIDAYA MAKADAMIA

PELUANG BUDIDAYA MAKADAMIA

Written By Muhammad Yusuf on Monday, June 13, 2011 | 5:21 AM

Makadamia adalah pohon dengan batang berkulit licin berwarna cokelat terang, yang bisa tumbuh sampai setinggi 20 m. Bentuk tajuk makadamia tak beraturan. Bentuk tajuk ini dipengaruhi oleh bentuk percabangannya yang juga tidak beraturan. Daun makadamia berwarna hijau gelap, dengan permukaan licin mengkilap. Bentuk daun lanset seperti gada kecil. Bagian ujung daun membulat, lebih lebar dari bagian pangkalnya. Panjang daun 15 cm, dengan lebar 5 cm. Bunga makadamia berbentuk seperti sikat halus sepanjang 15 cm, dengan warna mulai dari putih, pink, purpel, dan bertepal empat. Bunga keluar dari salah satu ketiak dain pada ranting-ranting yang kecil.
Buah makadamia tumbuh pada tangkai bunga berupa dompolan. Ukuran dan bentuk buah makadamia, mirip dengan duku duku, hanya tangkai makadamia lebih panjang, dan warna kulitnya hijau gelap. Bagian lunak dari kulit makadamia sangat tipis, selanjutnya berupa tempurung yang sangat keras, meskipun tebalnya hanya sekitar 1 mm. Di dalam tempurung inilah terdapat “kacang makadamia” berbentuk bulat, berdiameter 3 cm berwarna putih kekuningan, lunak dan rasanya gurih. Makadamia memang merupakan salah satu tumbuhan penting penghasil kacang (nut). Komoditas nut lainnya adalah chest nut (castanea), cashew nut (mete), dan almond.
Makadamia dibudidayakan terutama untuk dipanen kacang makadamianya. Meskipun banyak pula yang memanfaatkannya sebagai tanaman hias. Baik sebagai elemen taman (tanaman peneduh), maupun sebagai tanaman hias dalam pot. Pemanfaatan terakhir ini terutama dilakukan oleh masyarakat di kawasan yang beriklim dingin. Setelah dipanen dan dipecah tempurungnya, biji makadamia digoreng (dengan minyak maupun dioven), kemudian dikemas dan dipasarkan. Selain dipasarkan berupa nut biasa, makadamia juga merupakan pengisi cokelat bulat, dengan biji makadamia utuh di dalamnya. Hingga nilai ekonomis makadamia cukup tinggi.
# # #
Makadamia merupakan tumbuhan asli family Proteaceae, genus Macadamia F. Muell, yang terdiri dari delapan spesies. Tujuh spesies merupakan tumbuhan asli bagian timur Australia, yakni Macadamia claudiensis; Macadamia grandis; Macadamia integrifolia; Macadamia jansenii; Macadamia ternifolia; Macadamia tetraphylla; dan Macadamia whelanii. Satu spesies berasal dari Indonesia (Sulawesi), yakni Macadamia hildebrandii. Genus tumbuhan ini diberi nama makadamia, untuk menghormati ahli botani yang pernah menelitinya, yakni John Macadam. Nama lainnya adalah Queensland nut, Bush nut, dan Maroochi nut. Masyarakat Aborigin, menyebutnya  names Kindal Kindal dan Jindilli.
Dari delapan spesies makadamia itu, hanya dua spesies M. integrifolia dan M. tetraphylla, yang dibudidayakan secara komersial. Dua spesise makadamia malahan beracun, yakni M. whelanii and M. ternifolia. Namun racun cyanogenic glycosides, yang terkandung dalam bijinya, bisa dinetralkan dengan proses pengeringan dan penggorengan lebih lama. Masyarakat Aborigin tetap mengkonsumsi dua spesies makadamia ini, karena mereka tahu betul cara menetralkan racunnya. Makadamia yang dibudidayakan sekarang ini, umumnya merupakan hibrida antara M. integrifolia atau M. tetraphylla, dengan M. tetraphylla yang sudah sangat langka, yang diketemukan di gunung Bauple, dekat Maryborough, sebelah tenggara Queensland.
Makadamia pertamakali dibudidayakan secara komersial oleh Charles Staff di Rous Mill, 12 km. sebelah tenggara Lismore, New South Wales pada tahun 1880. Spesies yang dibudidayakannya M.tetraphylla. Awal abad XX, budidaya makadamia meluas ke beberapa kawasan du Australia Timur. Namun komoditas ini justru berkembang cukup pesat di Hawaii, yang sekarang menjadi penghasil makadamia terbesar di dunia. Selain di Australia dan Hawaii, sekarang makadamia juga dibudidayakan di Afrika Selatan, Selandia Baru, Brasil, Kalifornia (AS), Israel, Kenya dan Malawi. Memang agag ironis, bahwa makadamia yang asli Australia ini, sekarang justru lebih dekenal sebagai komoditas nut dari Hawaii.
Fenomena ini juga terjadi pada buah kiwi (Actinidia chinensis) yang juga dikenal sebagai Chinese gooseberry. Dari namanya jelas tampak bahwa buah ini asli dari daratan China. Tepatnya dari China timur laut. Sampai sekarang di kawasan ini masih bisa dijumpai spesies liarnya. Namun masyarakat internasional sudah terlanjur mengenalkiwi sbagai buah khas Selandia Baru, negeri yang membudidayakannya secara komersial. Banyak komoditas seperti ini, bahkan bunga tulip yang asli Balkan (Turki), sekarang justru dikenal sebagai bunga khas Negeri Belanda. Demikian pula halnya dengan makadamia, yang sekarang justru dikenal sebagai Hawaiian Nut, bukan Australian Nut.
# # #
Di Indonesia, tanaman makadamia bisa dijumpai di Kebun Raya Cibodas, Cianjur, Jawa Barat, makadamia juga bisa tumbuh dengan baik dan berbuah. Di Cibodas, makadamia bisa dijumpai di bagian atas, di jalan ke arah mess. Selain makadamia, di Cibodas juga bisa dijumpai chest nut  (sarangan, berangan, Castanopsis argentea, Castanopsis javanica, dan  Castanopsis spicata). Di mess Pulit. Hortikultura di Cikole, Lembang, Bandung, juga bisa dijumpai tanaman makadamia. Demikian pula di halaman rumah dinas administrartur perkebunan teh Wonosari, di Lawang, Jawa Timur. Pohon-pohon makadamia ini merupakan warisan jaman Belanda.
Saat ini, yang sudah membudidayakan makadamia secara serius, barulah Perkebunan Kalisat Jampit, dan Perkebunan Sempol (kopi arabika), milik PTPN XII di dataran tinggi Ijen, Bondowoso, Jawa Timur. Di perkebunan ini, makadamia sudah berbuah dan sudah diolah, meskipun volumenya masih sangat terbatas dan hanya dijual di lokasi kebun kepada para wisatawan. Sampai sekarang, dua perkebunan ini masih terus membenihkan makadamia untuk memperbanyak populasi tanaman. Di perkebunan ini, makadamia di tanam di tepi petakan tanaman kopi, serta di lereng-lereng yang tidak mungkin ditanamai kopi. Dataran tinggi Ijen, tampaknya cocok untuk tanaman makadamia.
Selain menghendaki agroklimat yang kering,  makadamia juga perlu lahan yang berdrainase baik. Sebab meskipun menghendaki iklim kering, makadamia tetap perlu air tanah banyak, namun tidak sampai tergenang. Tanah vulkanis yang gembur lebih disukai makadamia. Makadamia hanya bisa tumbuh baik pada elevasi di atas 1000 m. dpl. Karena dia memerlukan suhu pada malam hari di bawah 15 O C, dan pada siang hari di atas 25 O C. Namun makadamia tidak tanah pada suhu udara di bawah 10 O C. Dataran tinggi di kawasan NTT yang kering dan dingin, sangat cocok untuk budidaya makadamia secara komersial.
Kawasan NTT yang cocok untuk budidaya makadamia adalah di sekitar Ruteng, Kab. Manggarai, Bajawa, Kab. Ngada, Soe (Kab. Timor Tengah Selatan, dan di sebelah barat Eban di Kab. Timor Tengah Utara, khususnya di lereng gunung Mutis dan Kekeno. Selama ini, masyarakat NTT, terutama yang tinggal di dataran rendah, sudah terbiasa membudidayakan jambu mete (Anacardium occidentale), yang daging bijinya juga merupakan komoditas nut cukup penting di pasar internasional, serta dikenal sebagai chasew nut. Hingga sebenarnya, masyarakat NTT tidak memerlukan waktu lama untuk akrab membudidayakan komoditas ini.
# # #
Sebagai tanaman keras, makadamia  baru akan mulai berbuah pada umur 7 sampai dengan 10 tahun. Ini juga merupakan kendala tersendiri bagi budidaya makadamia. Namun kalau tujuan budidaya akadamia untuk penghijauan, misalnya, maka hasil buahnya tidak akan terlalu diharapkan dalam jangka waktu dekat. Namun tanaman makadamia, bisa bertahan hidup dan terus produktiv, sampai ratusan tahun. Contohnya tanaman makadamia di kawasan perkebunan yang merupakan warisan Belanda, diduga ditanam pada awal tahun 1900an. Sampai sekarang tanaman itu tetap tumbuh subur dan terus berbuah. Tetapi karena hanya berfungsi sebagai pohon peneduh, biji makadamianya tidak pernah termanfaatkan.
Kelemahan makadamia adalah perakarannya dangkal, hingga pohonnya mudah tumbang apabila diterjang angin. Akar makadamia juga rentan terhadap jamur Phytophthora. Buah sendiri, sering menjadi sasaran serangan larva (ulat) Lepidoptera, termasuk Batrachedra arenosella. Namun pada perkebunan dengan skela komersial, serangan jamur maupun larva ini bisa dikendalikan dengan biaya yang masih tertanggulangi oleh hasil makadamia itu sendiri. Limbah tempurung makadamia, biasanya digunakan sebagai bahan bakar dalam proses penggorengan daging buah. Kayu makadamia juga sangat keras, hingga hasil pangkasan cabang, bisa dimanfaatkan untuk bahan arang.
Selain dikonsumsi sebagai nut maupun untuk pengisi cokelat, daging buah makadamia juga bisa diambil minyaknya dengan rendemen sekitar 30%. Minyak makadamia sendiri, juga mengandung sekitar 22% Omega-7  palmitoleic acic[2], yang digunakan untuk industri kosmetika. Dengan potensi seperti itu, makadamia layak untuk dibudidayakan secara komersial, dalam skala yang cukup luas. Tinggal mencari kawasan dataran tinggi, terutama dai kawasan yang agroklimatnya cukup kering. Benih makadamia bisa dipesan di Perkebunan Kalisat-Jampit, PTPN XII. Untuk memperoleh benih dalam volume yang cukup besar, harus dengan memesannya terlebih dahulu. 
Share this article :

Post a Comment