Produktifitas tebu merupakan hasil interaksi antara genotipe dengan phenotipe. Sifat genotipe merupakan sifat intern karakteristik potensi yang dimiliki varietas, seperti rendemen tinggi, tahan kekeringan, diameter besar, tahan keprasan dan lain-lain yang menunjukkan jati diri varietas yang bersangkutan. Sedangkan phenotipe merupakan kondisi lingkungan dimana tanaman tumbuh, seperti iklim, kesuburan tanah, drainase, ketersediaan air dll.
Untuk mendapatkan produktivitas tinggi salah satu syarat yang harus dipenuhi adalah menggunakan varietas dengan potensi produktivitas tinggi, baik bobot maupun rendemen. Tentunya harus disesuaikan antara varietas dengan kondisi lingkungan tempat tumbuhnya, karena produktivitas tanaman tebu dipengaruhi oleh sinergitas kemampuan suatu varietas dan pengelolaan lingkungan tempat tumbuhnya.
A. Pemilihan Varietas Tebu
Dalam hal pemilihan varietas dilakukan secara hati-hati dengan memperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
1. Kebenaran Varietas
ini disebabkan karena kurangnya kemampuan atau ketidaktahuan para praktisi
pertebuan mengenai varietas sehingga harus dibayar mahal seperti
membongkar ulang tanamannya, pengeluaran biaya, tenaga yang cukup besar
disamping kerugian waktu.
Oleh karena itu kebenaran varietas harus dikuasai, dipahami, dimengerti dan
diyakini oleh praktisi dengan berbagai cara yaitu melalui pelatihan perbenihan,
membaca buku atau mencari informasi sesama koleganya atau para penyuluh
pertanian.
2. Klasifikasi Varietas
Klasifikasi varietas perlu mendapat perhatian, karena berkaitan dengan
sertifikasi varietas. Dalam klasifikasi varietas terdapat Benih Bina dan Non
Nina. Benih Bina adalah varietas tebu yang telah dirilis oleh pemerintah,
sedangkan Benih Non Bina belum dirilis masih dalam tahap pengujian. Contoh
Benih Bina : PS 851, BL, PS 861, PS 862, PS 863, PS 864, PS 921, PS 951,
PSCO 90-1785, PS 80-1424. Benih Non Bina : CB 100, PSCO 617, CW 2014,
CW 2019, DIV, MD 7, PA 197, PA 198, PS 82-19529, PS 91787, PS 921, PSBM
88-144, PSBM 98-01, PSBM 98-113, PSCO 90-787, RA 2019, ROC, TRITON.
3. Pemilihan Varietas
Pemilihan varietas berdasarkan kemasakannya sesungguhnya berkaitan
dengan keinginan untuk mencapai rendemen optimal. Varietas tebu
berdasarkan kemasakan sudah banyak diinformasikan tinggal bagaimana
kecermatan dalam memilih varietas. Kemasakan tebu berkaitan erat dengan
pengelolaan masa tanam dan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air pada
periode basah dan kering, sehingga penanaman tebu dilakukan pada pola I
(Mei – September) dan pola II (Oktober – Desember). Masa tebang optimal
sangat dipengaruhi oleh kemasakan tebu dan masa tanam. Hubungan
kemasakan varietas, masa tanam dan masa tebang mempunyai korelasi
positif.
B. Tipologi Wilayah
Faktor lingkungan utama yang berpengaruh terhadap produktivitas adalah tingkat
kesuburan tanah dan iklim dalam mendukung ketersediaan unsur hara dan
oksigen yang diperlukan tanaman, sedangkan ketersediaan air berkaitan dengan
masa tanam dan panen. Pengelolaan lahan tebu dipengaruhi oleh keragaman
tanah, maka untuk memudahkan pengelolaan varietas dengan kondisi lingkungan
yang cocok dilakukan pengelompokkan.
Tujuan dilakukan pengelompokkan adalah untuk memudahkan pengelolaan lahan
dalam penerapan teknologi budidaya varietas yang sesuai. Sifat tanah yang dapat
dikelompokkan sebagai penilai. Hasil penilaian di lapangan beberapa varietas
tebu telah memiliki kesesuaian dengan pengelompokkan lahan. Pemberian contoh
varietas yang cocok dengan lingkungan yang dimaksud sangat terbatas. Praktisi
tebu dapat mengelompokkan sendiri berdasarkan pengalaman penggunaan
varietas yang pernah dicoba dengan potensi produksi tinggi berdasarkan
lingkungan.
Copyright : Dinas Perkebunan Propinsi Jawa Timur
Post a Comment