Sistem penanaman padi sawah biasanya didahului dengan pengolahan tanah secara sempurna, mulai pembajakan/ pencangkulan, pelumpuran dan persemaian. Cara ini banyak kelemahannya, diantaranya adalah pemborosan air, karena lebih dari sepertiga kebutuhan air hanya untuk pengolahan tanah dan pelumpuran. Disamping itu perlu tenaga kerja yang cukup tinggi, sehingga biaya meningkat.
Bertanam padi sawah tanpa olah tanah (TOT) merupakan alternatif teknologi terobosan baru . Dari beberapa percobaan dan penelitian yang dilakukan di tingkat petan,i ternyata tanah sawah tidak perlu diolah berat dan dilumpurkan, tetapi cukup dilakukan pengolahan sedikit/ minimal atau bahkan tanpa olah tanah sama sekali.
Pengertian Bertanam Padi Sawah Tanpa Olah Tanah.
Perbedaan mendasar penanaman padi TOT dengan pananaman padi biasa adalah pada persiapan lahan. Dalam sistem TOT ini tidak dilakukan pembajakan atau pencangkulan tanah. Sebagai gantinya dilakukan penyemprotan herbisida terhadap sisa tanaman padi (singgang) dan gulma yang tumbuh. Adapun cara bertanam lainnya tetap mengikuti pola tanam biasa.
Sebelum penyemprotan herbisida, lahan sawah diusahakan dalam keadaan kering. Herbisida disemprotkan ke singgang atau gulma yang tumbuh. Herbisida yang digunakan harus layak lingkungan, penyemprotannyapun harus tepat dosis dan tepat waktu. Setelah semuanya mati, sawah digenangi selama 5-7 hari dan tanaman mati tersebut dibiarkan di permukaan lahan sebagai mulsa. Bibit padi dari persemaian dapat langsung ditanam pada tanah tanpa olah yang sudah lunak karena telah dugenangi terlebih dahulu, dan dapat juga benih ditebarkan secara langsung (tabela) atau ditabur dalam alur yang sudah disediakan.
Cara Bertanam Tanpa Olah Tanah.
Persemaian.
Persemaian dilakukan di lahan yang sama atau berdekatan dengan lahan yang akan ditanami. Untuk 1 ha lahan sawah diperlukan benih 25-30 kg, dan 100 m2 bedengan persemaian. Pada lahan untuk persemaian ini dilakukan pembajakan atau pencangkulan 3 kali agar tanah berlumpur dan tidak terdapat bongkahan. Untuk penanaman dengan cara TABELA (tabur benih langsung) tidak diperlukan persemaian.
Persiapan Lahan.
Buanglah air sawah dari petakan sawah, biarkan selama 2-3 minggu. Persiapan lahan ini dimulai bersamaan dengan pembuatan persemaian.
Lakukan penyemprotan herbisida pasca tumbuh seperti merk Polaris dengan dosis 5 l/ha, merk Spark dosis 8-10 l/ha, Bimastar dosis 5-7 l/ha atau merk lainnya. Selesai penyemprotan, biarkan 5-7 hari agar herbisida bereaksi mematikan dan menghancurkan sisa tanaman dan membunuh gulma. Kemudian masukkan air ke petakan sawah dengan kedalaman air ≤ 5 cm, lakukan perendaman selama 5 - 7 hari atau lebih sehingga tanah lunak dan bisa ditanami. Tiga hari sebelum perendaman berakhir, semprot dengan herbisida pra tumbuh misalnya Ronstar dengan dosis 5 l/ha. Selesai perendaman, maka kondisi tanah sudah macak-macak dan siap ditanami dengan bibit hasil semaian. Singgang atau gulma yang telah mati dapat direbahkan, dibabat atau dibenamkan dalam tanah.
Penanaman: Penanaman dapat dilakukan dengan tabur benih langsung (TABELA) atau dengan sistem tanam pindah (transplanting).
Penanaman dengan sistem pindah/transplanting.
Bibit biasanya dipindah saat berumur 18-25 hari, umumnya 21 hari.
Ciri-ciri bibit yang siap dipindah adalah: berdaun 5-6 helai, tinggi sekitar 22-25 cm, batang bawah besar dan keras, bebas hama dan penyakit dan pertumbuhannya seragam.
Cara penanaman.
Bila tanah masih keras, gunakan tugal untuk membuat lubang tanam. Tanam bibit dalam posisi tegak, 2-3 bibit per lubang, dengan kedalaman 2 cm dengan jarak tanam 20 cm x20 cm hingga 25 cm x 25 cm
Penanaman dengan Tabur benih Langsung.
Penanaman dapat dengan tugal (sistem gogo rancah) atau langsung ditebar dalam alur. Untuk penanaman dengan tugal, mulsa tidak perlu dibenamkan sedangkan untuk tebar langsung mulsa singgang dan gulma diratakan terlebih dahulu.
Pemeliharaan.
Pemeliharaan tanaman padi meliputi penyulaman (1-2 minggu setelah tanam), penyiangan (pada umur 15,35 dan 55 hari setelah tanam), pemupukan sesuai anjuran setempat (2-3 kali selama musim tanam), pemasukan air (saat awal tanam, saat pembentukan anakan, saat tanaman bunting, saat pembungaan), pengeluaran air (saat sebelum tanaman bunting, awal pembungaan, dan awal pemasakan biji, serta pengendalian hama dan penyakit secara terpadu (seperti hama antara lain walang sangit, ganjur, penggerek padi, wereng, tikus dan burung serta penyakit a.l bawar daun, bercak cokelat, blast, tungro, kerdil hampa, dan kerdil rumput).
Oleh: Sri Wijiastuti, Penyuluh Pertanian Madya
Sumber: BERTANAM PADI SAWAH TANPA OLAH (edisi revisi), Oleh Prof.Dr. Muhajir Utomo dan Ir. Nazaruddin. 2003.
Post a Comment