Tanaman kelapa mempunyai berbagai hasil
samping yang sangat bermanfaat dan mempunyai nilai ekonomi tinggi. Seperti jok mobil, nata de
coco, arang briket, anyaman dan sebagainya.
Tanaman kelapa merupakan komoditas
perkebunan yang sangat potensial, disebut juga sebagai pohon kehidupan karena
semua bagian tanaman kelapa bermanfaat bagi kebutuhan hidup manusia.
Buah kelapa terdiri dari: sabut,
tempurung, daging buah, dan air kelapa; semua bagian tersebut tidak ada yang
terbuang dan dapat dibuat untuk
menghasilkan produk industri. Sabut kelapa antara lain dapat dimanfaatkan
sebagai coir fibre, keset, sapu, jok mobil, dan matras. Daging buah dapat
dipakai sebagai bahan baku untuk menghasilkan
kopra, minyak kelapa, coconut
cream, santan, dan kelapa parutan kering (desiccated coconut). sedangkan air
kelapa dapat dipakai untuk membuat cuka, penggumpal lateks. dan nata de coco.
Tempurung dapat dimanfaatkan untuk membuat charcoal, carbon aktif, arang
briket, dan kerajinan tangan. Dari batang kelapa dapat dihasilkan bahan-bahan
bangunan baik untuk kerangka bangunan maupun
untuk dinding serta atap, dan peralatan rumah tangga (pot, mebel, dan
lain-lain). Daun kelapa dapat diambil lidinya yang dapat dipakai sebagai sapu,
serta barang-barang anyaman. Berikut ini akan dibahas tentang pemanfaatan hasil
samping kelapa yang telah banyak dilakukan:
Sabut
Kelapa
Menurut United Coconut Association of
the Philippines (UCAP), dari satu buah kelapa dapat diperoleh rata-rata
0,4 kg sabut yang mengandung 30% serat.
Serat dapat diperoleh dari sabut kelapa
dengan cara perendaman dan mekanis.
Sabut kelapa sangat kaya dengan unsur
Kalium yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan
dan perkembangan tanaman. Oleh karena itu apabila sabut kelapa tidak
dipergunakan untuk produk-produk
yang laku dijual, maka dapat dikembalikan ke kebun sebagai
pupuk Kalium.
Ekstraksi
Serat dengan Perendaman
Perendaman bertujuan untuk
memisahkan/mengekstraksi berkas-berkas serat dari sekam yang mengikatnya dengan
menggunakan aktivitas mikroorganisme.
Caranya adalah dengan memasukkan sabut
kelapa ke dalam kolam selama 1-3 bulan. Selama dalam peredaman ini, maka
berbagai mikroorganisme akan berkembang dan sebagai hasil dari kegiatannya maka
jaringan sekam yang mengikat serat terutama terdiri atas pektin perlahan-lahan
akan larut dan disertai dengan timbulnya bau yang kurang sedap. Banyaknya sabut
yang direndam disesuaikan dengan bak yang tersedia. Oleh karena waktu yang
diperlukan terlalu lama dan dibutuhkan bak yang sangat luas, maka tara ini
dianggap kurang efektif dan efisien.
Ekstraksi
Serat Menggunakan Mesin
Cara ini menggunakan pemukul besi atau
paku yang dipasang pada drum yang berputar cepat. Hasilnya adalah serat berbulu yang bersih. Serat yang diekstraksi akan diperoleh 40%
serat berbulu dan 60% serat matras. Dari
100 gram sabut yang diekstraksi diperoleh sekam 70%, serat matras 18% dan serat
berbulu 12%. Serat matras digunakan untuk bahan pengisi (jok), bahan penyaring,
matras, dan sebagainya. Sedangkan serat berbulu sangat baik untuk dibuat sikat
pembersih, sapu, keset, dan lainnya.
Tempurung
Kelapa
Pada umumnya tempurung dimanfaatkan
sebagai bahan bakar. dalam bentuk tempurung kering atau arang tempurung.
Tempurung, di samping dipergunakan untuk pembuatan arang, juga dipergunakan
untuk pembuatan arang aktif, yang mempunyai kemampuan mengabsorpsi gas dan uap.
Di samping itu arang aktif dapat dipergunakan sebagai kedok gas, filter rokok,
ekstraksi bensin dari gas alam, pemurnian gas, menghilangkan bau limbah hasil
buangan industri, bahan dasar pembuatan bateray, dan sebagainya. Arang aktif
juga mampu menghilangkan warna dalam larutan, sehingga dapat dipergunakan untuk
pemucatan minyak nabati, dekolorisasi larutan gula dan sebagainya.
Pembuatan arang tempurung dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu
metode drum, metode lubang, dan metode tungku. Metode tungku sesuai untuk pengusahaan
secara komersil, sedangkan metode yang
paling sesuai untuk pembuatan arang tempurung dalam skala kecil adalah metode
drum.
Arang
Briket
Tempurung merupakan bahan yang rapuh,
sehingga mudah hancur selama penangannya. Hal ini menyebabkan kesulitan dalam
mengangkutnya, dan bahkan kesulitan dalam penggunaan tungku. Salah satu cara
untuk mengatasi kesulitan ini adalah dengan membuat arang briket. Cara yang
umum dilakukan adalah menggiling arang tempurung, mencapur dengan perekat,
mencetak, dan bila perlu mengikatnnya.
Arang
Tempurung Aktif
Potensi komersial arang tempurung
terletak pada karbon aktifnya, kerena bahan ini sangat efektif untuk mencegah adanya polusi, gas beracun,
gas atau uap yang tidak dikehendaki.
Cara kerja tempurung aktif ini terutama
daya afinitas (daya tarik menarik)nya yang selektif terhadap substansia
tertentu. Substansia ini diadsorpsi pada permukaan arang dan permukaan arang
ini dapat diperluas dengan cara memperkecil ukuran partikel arang. Daya
afinitas yang sefektif dari arang aktif terhadap substansia khusus ini, dapat
ditunjukkan oleh kemampuannya melakukan dekolorisasi larutan gula yang keruh.
Arang tempurung aktif lebih disukai dibandingkan arang aktif dari bahan lain,
karena daya adsorpsinya yang tinggi dan mudah
penanganannya disebabkan oleh
bentuknya sebagai butiran yang keras,
tidak mudah hancur menjadi bubuk.
Kayu
Kelapa
Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Mosteiro dkk (1976) menyatakan bahwa secara alami kayu kelapa pada bagian yang
lunak dan tidak diperlakukan pengawetan akan habis dimakan rayap dan busuk
karena jamur setelah 1,5 tahun, sedang pada bagian yang keras berlangsung
selama 2 tahun 5 bulan. Agar kayu ini dapat dipergunakan dalam jangka
waktu yang lama, maka perlu dilakukan pengawetan.
Air
Kelapa sebagai Nata de Coco
Nata de coco merupakan bahan makanan yang sangat lezat, yang dimakan
dalam berbagai bentuk makanan seperti koktil buah, es krim atau dalam sirup yang sangat baik untuk diet
makanan berserat. Secara ringkas skema pembuatan nata de coco dapat dinyatakan
sebagai berikut:
Air kelapa yang telah disaring (12
mangkuk) → dididihkan → didinginkan
→diberi starter Acetobacter xylinum 2 mangkuk, asam asetat glacial 1/2
mangkuk, dan ditambah gula 1 mangkuk → dicampur hingga merata → disimpan selama
14 hari → nata de coco mentah → dipotong-potong, dicuci sampai rasa asam hilang,
ditiriskan → ditambahkan sirup gula (2 mangkuk gula, 1 mangkuk air) →di masukkan
dalam botol → direbus pada air mendidih 30 menit → nata de coco siap
dikemas.
Penggunaan
Air Kelapa sebagai Penggumpal
Lateks
Air kelapa mempunyai potensi untuk
menurunkan pH lateks dan cukup bersih dari
kotoran fisik, apabila air kelapa difermentasikan dengan menggunakan ragi tape
maka dapat terbentuk asam asetat atau asam
amino yang dapat menggumpalkan lateks. Berdasarkan hasil penelitian
Puslitbun Sungai Putih, hasil yang baik untuk menggumpalkan lateks adalah penggunaan air kelapa ditambah
ragi 13,5% kemudian dilakukan fermentasi pada suhu 30°C selama 4 hari. Cara
pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
a. Siapkan air kelapa
b. Tambahkan ragi 13,5% dari volume air
kelapa tersebut
c. Diamkan/diperam dan ditutup
supaya tidak tercampur bahan kotoran
lain selama 4 hari
Untuk menggumpalkan lateks, dipergunakan
5-10 cc larutan air kelapa tersebut ke dalam setiap 1 liter lateks. Keuntungan
yang diperoleh adalah penggumpalan lebih cepat dan tidak mengotori karet
sepanjang penanganannya bersih.
Nanik Anggoro P
Penulis dari BBP2TP
Dimuat dalam Tabloid Sinar Tani,
22 – 28 April 2009
Post a Comment