WALAU bagaimanapun,berhasil tidaknya budidaya tanaman jahe
(Zingiher officinal) tidak terlepas dari bibit jahe yang ditanam.Dengan demikian,tanaman sudah dirawat baik,tetapi jika bibit yang ditanam kualitasnya jelek,maka hasil yang diperolehnya akan kurang memuaskan.
Namun,masalah bibit ini seringkali diabaikan oleh para petani,dan mereka masih sering menggunakan bibit jahe yang berkualitas jelek. Dalam hal ini,misalnya menggunakan bibit yang belum cukup tua,mengandunghama maupun penyakit.
Nah,supaya jahe yang ditanam hasilnya memuaskan,selain tanaman harus dirawat dengan baik dan ditanam pada tempat yang cocok,juga bibitnya harus baik pula.Syarat rimpang jahe yang baik untuk ditanam,rimpang jahe berasal dari tanaman berumur sekitar 9-10 bulan,yang ditandai oleh tajuk batangnya yang mulai mongering. Kemudian kulit rimpangnya licin dan keras ,tidak mudah mengelupas, warna mengkilap dan menampakkan tanda bernas serta kandungan serat rimpangnya tinggi dan kasar.
Selain itu, rimpangnya terbebas dari hama penyakit. Rimpang jahe yang terserang penyakit,yakni warna kulitnya tidak cerah,berkerut dan lembek,juga daging rimpang berair dan warnanya kusam kecokelatan atau ada bagian yang membusuk.Sedangkan rimpang jahe yang terkena hama terdapat lubang-lubang kecil yang merupakan tanda bahwa rmpang jahe tersebut diserang hama lalat rimpang.Bibit yang sudah menunjukkan adanya gejala serangan hama-penyakit,maka sebaiknya jangan ditanam,karena hasilnya akan mengecewakan.
Adapun rimpang jahe (bibit) yang baik untuk ditanam sedikitnya mempunyai 2 mata tunas,beratnya sekitar 20-40 gram untuk bibit jahe emprit (jahe kecil),dan untuk bibit jahe besar (jahe gajah) sekitar 25-60 gram.
Hal penting perlu diperhatikan,yakni untuk menghindari penggunaan bibit dari kebun yang terserang penyakit bakteri Pseudomonas solanacearum atau cendawanRhizoctonia solani maupun hama lalat rimpangMimegralla coeruleifrons dan Enmerus figurans.
Persoalannya,bibit yang terserang hama penyakit tersebut jika ditanam akan terbawa masuk ke lahan penanaman dan tanaman yang tumbuh nantinya juga tidak baik,yang akhirnya hasil panen yang diperoleh tidak akan memuaskan,bahkan bisa mengalami gagal panen.Karena itu,bibit jahe yang akan ditanam harus jelas asal-usulnya.
Apabila para petani mengalami kesulitan untuk memperoleh bibit jahe yang baik untuk ditanam,maka kita pun dapat mempersiapkan bibit sendiri.
Caranya,jika bibit jahe yang dibutuhkan hanya sedikit,rimpang yang sudah dipilih dihamparkan di tempat terbuka tetapi tidak terkena sinar matahari secara langsung.Dengan cara ini,kulit rimpang jahe saja yang kering,sedangkan daging rimpang tetap segar.
Jika bibit jahe yang dibutuhkan dalam jumlah banyak,sebaiknya menggunakan rak bambu,rak kayu atau peti kayu yang tidak rapat.Juga bisa menggunakan keranjang bambu atau dalam karung yang bagian atasnya tetap terbuka dan tidak diisi penuh.Sementara ruang penyimpanannya harus mempunyai sirkulasi udara yang baik,cukup cahaya,tidak lembab dan tidak bocor.
Setelah kulit rimpang kering kemudian ditaburi abu dapur untuk menghin dari tumbuhnya jamur pada rimpang tersebut.Sebaiknya,rimpang jahe untuk bibit ini berasal dari pertatanaman khusus untuk bibit.Cara ini selain bisa diperoleh bibit yang terjamin mutunya juga lebih menjamin kontiunitas tersedianya bibit yang dibutuhkan.Dengan cara penyimpanan yang baik,maka diharapkan akan memperoleh bibit jahe yang baik pula,dan hasil panennya akan memuaskan
+ comments + 1 comments
saya mau nanya gimana caranya budidaya jahe emprit di dalam keranjang bambu seperti keranjang buah jeru berastagi, apa bisa kita tanam dengan cara bertingkat atau bertindih bibitnya, dan kira2 berapa kilogram hasil panen yg akan kita dapatkan, terima kasih
Post a Comment